Sabtu, 13 Februari 2010

Buah Pisang

Pisang adalah nama umum yang diberikan pada tumbuhan terna raksasa berdaun besar memanjang dari suku Musaceae. Beberapa jenisnya (Musa acuminata, M. balbisiana, dan M. ×paradisiaca) menghasilkan buah konsumsi yang dinamakan sama. Buah ini tersusun dalam tandan dengan kelompok-kelompok tersusun menjari, yang disebut sisir. Hampir semua buah pisang memiliki kulit berwarna kuning ketika matang, meskipun ada beberapa yang berwarna jingga, merah, ungu, atau bahkan hampir hitam. Buah pisang sebagai bahan pangan merupakan sumber energi (karbohidrat) dan mineral, terutama kalium.

Perlu disadari, istilah "pisang" juga dipakai untuk sejumlah jenis yang tidak menghasilkan buah konsumsi, seperti pisang abaka, pisang hias, dan pisang kipas. Artikel ini hanya membahas pisang penghasil buah konsumsi serta kerabatnya yang berkaitan.

Pengkalisifikasian pisang


Jumat, 05 Februari 2010

Micropropagation of Banana

Micropropagation of Banana


http://www.ziddu.com/download/846815o/agationofBananaMusaparadisiacaCormletInitiation1.pdf.html

Pisang



Oleh
Zaki Thahir Abdul Mudzakir
Program study Manajemen Agroindustri
Konsentrasi Kultur Jaringan Tanaman
Politeknik Negeri Jember - Vedca 07
email : zacky_zone07@yahoo.co.id
www.zacky-zone89.blogspot.com
www.zacky07.wordpress.com



Pisang Merupakan Salah satu tanaman buah yang merupakan tanaman horti kultura yang telah banyak disukai oleh masyarakat. tanaman pisang ini banyak ditemukn disetiap daerah. Namun pada perbanyakan pisang yang biasa dilakukan para petani mengalami beberapa kendala yang diantaranya adalah belum mampu mencukupi permintaan pasar akan pisang di dalam negeri maupun luar negeri. perbanyakan pisang yang biasa dilakukan para petani masih menggunakan cara konvensional, sehingga tanaman pisang yang dihasilkan para petani belum mencukupi.

untuk memenuhi permintaan pasar yang sangat besar, maka diperlukan penyediaan bibit pisang yang banyak dan berkualitas. untuk memenuhi permintaan pasar maka teknik perbanyakan tanaman pisang secara kultur jaringan perlu dilakun untuk mendapatkan tanaman pisang yang berkualitas dan dapat memproduksi bibit secara besar-besaran.

dalam perbanyakan tanaman menggunakan teknik kultur jaringan maka. diperlukan sterilisasi yang baik dan efektif untuk meminimalisir terjadinya kontaminasi. selain itu dalam perbanyakan ini komposisi media yang digunakan harus tepat dan sesuai. untu mempercepat pertumbuhan tanaman pisang.

Dalam sterilisasi eksplan digunakan bahan-bahan kimia yang dapat ditemukan dipasaran. teknik sterilisasi dapat di akses di www.zacky-zone89.blogspot.com.



>http://www.komisiGRATIS.com/?id=zacky89" target="blank" >



Kamis, 04 Februari 2010

Media Kultur Pisang

Perbanyakan Pisang Secara Kultur Jaringan



Oleh
Zaki Thahir Abdul Mudzakir
Program study Manajemen Agroindustri
Konsentrasi Kultur Jaringan Tanaman
Politeknik Negeri Jember - Vedca 07
email : zacky_zone07@yahoo.co.id
www.zacky-zone89.blogspot.com
www.zacky07.wordpress.com



Pisang Merupakan Salah satu tanaman buah yang merupakan tanaman horti kultura yang telah banyak disukai oleh masyarakat. tanaman pisang ini banyak ditemukn disetiap daerah. Namun pada perbanyakan pisang yang biasa dilakukan para petani mengalami beberapa kendala yang diantaranya adalah belum mampu mencukupi permintaan pasar akan pisang di dalam negeri maupun luar negeri. perbanyakan pisang yang biasa dilakukan para petani masih menggunakan cara konvensional, sehingga tanaman pisang yang dihasilkan para petani belum mencukupi.

untuk memenuhi permintaan pasar yang sangat besar, maka diperlukan penyediaan bibit pisang yang banyak dan berkualitas. untuk memenuhi permintaan pasar maka teknik perbanyakan tanaman pisang secara kultur jaringan perlu dilakun untuk mendapatkan tanaman pisang yang berkualitas dan dapat memproduksi bibit secara besar-besaran.

dalam perbanyakan tanaman menggunakan teknik kultur jaringan maka. diperlukan sterilisasi yang baik dan efektif untuk meminimalisir terjadinya kontaminasi. selain itu dalam perbanyakan ini komposisi media yang digunakan harus tepat dan sesuai. untu mempercepat pertumbuhan tanaman pisang.

Dalam sterilisasi eksplan digunakan bahan-bahan kimia yang dapat ditemukan dipasaran. teknik sterilisasi dapat di akses di www.zacky-zone89.blogspot.com.

media yang digunakan dalam perbanyakan pisang secara kultur jaringan menggunakan media dasar MS dengan penambahan zat pengatur tumbuh tertentu. disetiap laboratorium memiliki komposisi ZPT yang berbeda. namun yang umumnya digunakan dalam perbanyakan tanaman ini adalah menggunakan ZPT BAP dan NAA.

media yang digunakan untuk tahap inisiasi yang biasa digunakan adalah penggunaan media dasar MS padat tanpa penambahan ZPT. penggunaan media ini biasanya memerlukan waktu sampai satu bulan untuk dapat dilakukan tahap multiplikasi.
namun perbanyakan pisang pada tahap inisiasi sebenarnya dapat dipersingkat sampai 2 minggu dapat dilakukan tahap multiplikasi. yaitu dengan menggunakan media MS padat dan ditambah sedikit mediaMS cair. ini lebih efektif dalam penggunaan media yang digunakan. keberhasilannya dapat mencapai 80 persen dan lebih cepat pertumbuhannya.

Mikropropagasi Sukun


informasi :


Mikropropagasi Sukun (Artocarpus communis Forst),
Tanaman Sumber Karbohidrat Alternatif
Ika Mariska, Yati Supriati, dan Sri Hutami

ABSTRAK
Sukun (Artocarpus communis Forst) merupakan tanaman buah tropis yang mengandung karbohidrat sangat tinggi.Ketika persediaan pangan terbatas, di beberapa wilayah tertentu tanaman ini sering menjadi bahan pangan utama sebagai sumber karbohidarat. Kandungan karbohidrat pada tanaman tersebut hampir sama dengan ubi jalar atau talas tetapi lebih banyak dan pada kentang.
Kendala utama dalam pengembangan sukun adalah terbatasnya persediaan bibit. Teknik kultur jaringan telah diakui keunggulannya karena dapat menghasilkan bibit dalam jumlah banyak, seragam dan relatif singkat. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Sel dan Jaringan, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB-Biogen) Bogor, mulai Februari 2003 sampai dengan Desember 2004. Penelitian terdiri dari beberapa tahap percobaan dengan berbagai kombinasi media sebagai perlakuan. Tahap pertama adalah multipli-kasi tunas pada media Sk-2 dengan media WPM + BA (0; 0,5; 1,0; 1,5; dan 2,0 mg/l) + thidiazuron (0, 0,4 mg/l); tahap kedua, yaitu pemanjangan tunas pada media WPM + kinetin (1, 2, dan 3 mg/l) + (0 dan 5 mg/l); dan tahap ketiga adalah inisiasi dan perkembangan perakaran dengan memberikan GA3bandingkan media WPM + BA (0, 2, 4, dan 6 mg/l) + arang aktif (0; 0,5%) dan media WPM (1; ½) + IBA (0; 1,5; dan 5 mg/l) atau NAA (1, 2, dan 3 mg/l). Hasil penelitian menunjukkan bahwa subkultur ke-2 dari tunas yang berukuran 1-2 cm pada media WPM + BA 0,5 mg/l + thidiazuron 0,4 dapat meningkatkan multiplikasi tunas menjadi 4,87-5,0. Subkultur dengan frekuensi tinggi, yaitu sampai 3 kali dapat menghasilkan jumlah tunas tertinggi, yaitu 15,5. Untuk elongasi tunas maka media WPM 5 mg/l merupakan formula yang terbaik. Persentase perakaran paling tinggi, + kinetin I mg/l + GA3yaitu 60% dengan jumlah akar berkisar 6,5 berasal dari media WPM + IBA 3 mg/l. Hasi aklimatisasi di rumah kaca telah dilakukan dengan tingkat keberhasilan 70%.

Kata kunci: Sukun (Artocarpus communis Forst), multiplikasi tunas, inisiasi dan perkembangan
akar, aklimatisasi.






>http://www.komisiGRATIS.com/?id=zacky89" target="blank" >


Kultur Belimbing Dewi

Kultur Belimbing Dewi
Inisiasi dan Perkembangan Perakaran serta Aklimatisasi
Belimbing Dewi (Averrhoa carambola L.)
Yati Supriati, Ika Mariska, Ali Husni, dan Sri Hutami

ABSTRAK


Belimbing (Averrhoa carambola L) sebagai buah sumber vitamin C merupakan tanaman tropika yang berasal dari Semenanjung Malaya. Oleh masyarakat Cina buah belimbing telah diyakini dapat menurunkan tekanan darah. Biasanya belimbing dikonsumsi dalam bentuk segar, akan tetapi saat ini juga digunakan sebagai bahan baku industri untuk pembuatan jam, manisan buah, dan jus.
Salah satu kendala dalam pengembangan tanaman ini untuk skala besar adalah terbatasnya ketersediaan bibit yang berkualitas baik dan seragam. Dari penelitian sebelumnya telah diperoleh media untuk insiasi dan multiplikasi tunas belimbing secara in vitro, dan penelitian ini diarahkan untuk mencari media perakaran dan aklimatisasi. Untuk menstimulir perakaran, tunas in vitro ditanam pada media WPM yang dikombinasikan dengan tiga taraf IBA dan IAA (0, 1, dan 3 mg/l) dan pada media MS yang dikombinasikan dengan 4 taraf IBA dan NAA (0, 1, 2, dan 3 mg/l). Untuk tujuan efisiensi garam makro dari WPM diturunkan konsentrasinya dan dikombinasikan dengan 5 taraf IBA (0, 1, 3, 5, dan 7 mg/l). Pada uji aklimatisasi telah dicoba tiga macam media (tanah, pupuk kandang, dan kompos) yang diaplikasi secara tersendiri atau secara kombinasi.
Perubah yang diamati adalah persentase tunas yang membentuk akar, jumlah dan panjang akar, penampilan perakaran,
dan persentase keberhasilan tumbuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian IBA dan IAA dengan konsentrasi 1-3 mg/l pada media dasar WPM tidak dapat menginisiasi terjadinya akar. Pada media dasar MS yang diberi zeatin 2 mg/l, pemberian IBA 3 mg/l dapat membentuk akar akan tetapi jumlahnya sangat terbatas. Pengurangan sebagian garam makro pada media dasar WPM yang diberi IBA 3 mg/l merupakan media terbaik untuk inisiasi dan perkembangan akar belimbing Dewi. Tanah dan kompos dengan komposisi 1 : 2 merupakan media tumbuh terbaik untuk aklimatisasi planlet belimbing dirumah kaca. Aklimatisasi planlet belimbing dapat langsung dilakukan tanpa melalui fase pengakaran dengan memberikan perlakuan celup cepat dalam larutan IBA 100 ppm selama 1 jam.

Kata kunci: Kultur in vitro, Averrhoa carambola L., inisiasi akar, aklimatisasi.